Trial Darurat MRT Jakarta

Ohaloo....! *dadah-dadah kayak Miss Universe*

Setengah tahun nggak produktif sama sekali rasanya rindu ya, nulis lagi? 

Kali ini setelah euforia trial MRT Jakarta yang sempet viral di sosial media, akhirnya gua sempetin untuk nulis sedikit soal ini, sambil tentunya, ada curhatnya. Hahahaha.

Sebelumnya gua sempet ikutan lomba blog tentang MRT yang entah gimana hasilnya diumumin atau engga kurang tau tapi sepertinya gua dak lihat ada pengumuman soal juara lomba ini. Tulisan itu bisa dibaca disini.

Sempet berencana untuk mencoba MRT di awal-awal peluncurannya, tapi karena satu dan lain hal, gak jadi. Tapi pada akhirnya nyobain juga meskipun dengan sedikit drama.

Karena commuter line gangguan waktu itu, sedangkan gue butuh waktu cepet untuk sampai kantor, maka setelah pertimbangan ina inu gue putuskan untuk naik MRT aja sampai blok M untuk kemudian sambung lagi CL buat sampai ke Pondok Ranji.

Sebenernya mau juga sih cobain MRT dari ujung ke ujung (Bundaran HI-Lebak Bulus) tapikan ku meninggalkan motor di stasiun KRL, nanti nambah urusan lagi kita.

Sampai di stasiun MRT Bundaran HI, hari itu padahal masih jam kerja, pukul 2 siang, tapi antrian di stasiun MRT ini parah banget guys.. Banyak sekali orang. Untuk orang yang introvert kayak gue dimana tidak terlalu suka sesuatu yang banyak orang, cukup ganggu juga. Tapi ya sudah lah ini menjelang akhir dari promosi gratis naik MRT kapan lagi kan?

Masuk ke stasiun tangga lumayan tinggi ya, ada beberapa nenek-nenek dan kakek-kakek waktu itu yang meniti tangga dengan payah.

Entah memang tidak ada lift atau cuma kami yang ngga tau letak lift dimana, itu cukup bikin kita kasihan sih.. Tangga yang ngga pendek dan orang tua, silahkan bayangkan sendiri. Eskalator hanya untuk naik.

Sampai di loket, gue pikir bisa tap in pake kartu bank namun biaya 0 rupiah, ternyata kita harus daftar! Blarrr! Gua yang niat pake MRT untuk mobile jadi kesal disitu. Gua juga salah sih karena ngga update berita.

Selanjutnya, coba daftar lewat bukalapak, ternyata sold out. Alternatif lain? Download aplikasi MRT Jakarta untuk supaya dapat barcode. Kan ngga punya saya abang aplikasinya. Download lah! Ternyata di bawah tanah minim signal *Cryyyy*

Hampir ada mungkin 30 menit disitu sambil nunggu download sambil menggerutu "gua cuma mau pulang kenapa susah banget".

Pukul 2.45 aplikasi bisa diakses kemudian masuk gate kemudian kita harus turun lagi untuk sampai ke kereta. Disini ngga ada masalah ada eskalator 2 arah dan ada lift.

Dan gue norak dooooong! Foto2. 


Lorong menuju loket MRT

Sejujurnya gue norak juga disana. Seneng banget-banget akhirnya Indonesia bisa punya MRT, dimana itu keren bangett.


Nunggu Kereta

To be honest nggak punya banyak foto, karena disana sendirian dan akan kelihatan norak banget kalo kita heboh sendiri di tempat umum.

Di awal-awal pembukaan MRT, di sosial media sempat viral tentang orang-orang yang ngga tertib, yang bergelantungan di pegangan tangan kereta, main mau masuk aja padahal udah ada sign dimana kudu nunggu biar ga rebutan kayak di CL, mungkin karena itu di hari libur dan kebanyakan orang over exited akan MRT ini dan pada akhirnya mereka mengabaikan kenyamanan dan aturan itu sendiri.

Tidak membenarkan akan aksi mereka sih, tapi waktu kemarin gue triel dadakan, itu semua nggak gue temuin. semua sabar, semua rapi, sesuai aturan, ngga ada sampah, pokoknya yang viral kemarin itu ngga ada sama sekali. Mungkin efek viral itu berpengaruh juga, jadi orang-orang ini tertib karena nggak mau jadi viral, alih-alih kesadaran masing-masing. Hmmm tapi setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Ya ngga?

So far seneng banget akhirnya nyobain MRT, meskipun yah masih banyak kekurangan disana sini, seperti tidak ada petunjuk posisi kereta jadi kita yah nunggu-nunggu gak jelas dan lumayan lama sih waktu itu, nunggu kereta datang itu kemarin ada kali 20 menitan. Tapi dari Bundaran HI ke Blok M mungkin sekitar 10 menit atau 15 menit (?) yang jelas cepet.

Jadi, begitulah trial MRT Jakarta yang serba dadakan. Semoga dengan adanya MRT menjadikan kita, warga Jakarta pinggiran bisa mengoptimalkan moda transportasi umum yang udah pemerintah usahakan. Jadi selama moda transportasi bisa diandalkan, kenapa harus pakai kendaraan pribadi?

Dengan kita berpindah ke transportasi umum kita bisa mengurangi polusi Jakarta, kemacetan Jakarta, dan mengurangi BBM yang terbuang sia-sia hanya untuk bermacet-macet ria.


Ayo kita semua #UbahJakarta Untuk yang lebih baik!
Penunjuk Arah di Dalam Kereta


Suasana di dalam kereta

semua tertib dan rapih kok


0 comments:

Post a Comment